Brebes – Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), angka kasus penderita stunting di Kabupaten Brebes Jawa Tengah naik dari 26,3 persen (2022) menjadi 29,1 persen di awal tahun 2023.
Segala upaya terus dilakukan Dinas Kesehatan dan DP3KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) Kabupaten Brebes sebagai leading sektor pemegang program penurunan stunting. Salah satunya adalah dengan program kolaboratif lintas sektoral termasuk melibatkan babinsa di setiap desa untuk memotivasi para ibu dan balita.
Disampaikan Danramil 04 Tanjung Kodim 0713 Brebes, Kapten Infanteri Surikan, bahwa anggotanya (babinsa) terus dikerahkan untuk terlibat pelayanan posyandu atau mendampingi tenaga kesehatan dari Puskesmas Luwunggede dan bidan desa setempat, saat monitoring anak stunting.
Tampak Serda Rustono Ali, Babinsa Mundu sedang melakukan pendampingan kegiatan Posyandu di Desa Mundu Kecamatan Tanjung.“Tugas anggota kami adalah memotivasi para ibu dan balita serta nakes saat pelayanan kesehatan berupa penimbangan berat dan tinggi badan anak stunting, pemberian Vitamin A, pemberian nutrisi tambahan bubur kacang hijau dan buah, serta imunisasi balita dan bumil,” ujarnya.
Menurutnya, dengan dipangku lintas sektoral di masing-masing daerah maka diharapkan upaya percepatan penurunan stunting nasional di tahun 2024 nanti dapat tercapai (14 persen).
Kemudian selaku aparat teritorial, pihaknya mendorong pemerintah desa untuk memberdayakan dana desa minimal 10 persen untuk penanganan stunting dengan sasaran catin, ibu hamil, ibu nifas, baduta, dan balita, sesuai musyawarah desa.
Danramil Tanjung sekaligus Pasiter Kodim Brebes itu menambahkan, pendampingan babinsa juga dilakukan di seluruh desa/kelurahan di 17 wilayah kecamatan/koramil di kabupaten brebes. (Aan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar